Proyeksi Penduduk

Posted: January 30, 2012 in Uncategorized

1.Pengertian Proyeksi

Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan  Datang. berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang. Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang, untuk menghindari atau mengurangi tingkatan resiko dari kesalahan, Maka diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat kemampuan populasi peternakan di masa depan secara objektif. Proyeksi penduduk bukan merupakan ramalan jumlah penduduk tetapi suatu perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan perpindahan (migrasi).

 

2.Model Ektrapolasi Trend

Model ekstrapolasi trend secara sederhana menggunakan trend penduduk masa yang  lalu untuk memperkirakan jumlah penduduk masa yang akan datang. Metode ini adalah metode yang mudah digunakan dalam rangka proyeksi penduduk. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk menghitung tingkat dan ratio pada masa yang akan datang berdasarkan tingkat dan ratio pada masa yang lalu.

Model ekstrapolasi trend yang banyak digunakan adalah model linear, geometric dan

parabolic. Asumsi dasar dari model linear, geometric dan parabolik adalahpertumbuhan atau penurunan akan berlanjut tanpa batas. Namun demikian, asumsi tersebut tidak mungkin diberlakukan jika proyeksi yang disusun adalah proyeksi jangka panjang. Misalnya jika populasi di suatu daerah berkurang, dalam jangka panjang model ini akan memproyeksikan penduduk menjadi nol, dan bahkan menjadi negative. Demikian juga, jika jumlah penduduk di suatu daerah yang meningkat, tidak mungkin akan meningkat pada jumlah yang tanpa batas. Dalam kenyataannya, penduduk hanya akan meningkat sampai suatu tingkat dengan kapasitas yang maksimum dan kemudian akan kembali turun atau stabil dalam kaitannya dengan kepadatan penduduk, biaya hidup dan kualitas hidup. Oleh karenanya, penggunaan model ekstrapolasi trend membutuhkan pemahaman yang baik tentang kecenderungan pertumbuhan masa lalu untuk membuat estimasi dengan batasan yang masuk akal (reasonable).

 

  1. Model Linear (Aritmethic)

Model linear menurut Klosterman (1990) adalah teknik proyeksi yang paling

sederhana dari seluruh model trend. Model ini menggunakan persamaan

derajat pertama (first degree equation). Berdasarkan hal tersebut, penduduk

diproyeksikan sebagai fungsi dari waktu, dengan persamaan:

Pt =α + βT

Dimana :     Pt = penduduk pada tahun proyeksi t

α = intercept = penduduk pada tahun dasar

β = koefisien = rata-rata pertambahan penduduk

T = periode waktu proyeksi = selisih tahun proyeksi dengan tahun dasar

 

Hasil proyeksi akan berbentuk suatu garis lurus. Model ini berasumsi bahwa

penduduk akan bertambah/berkurang sebesar jumlah absolute yang sama/tetap

(β) pada masa yang akan datang sesuai dengan kecenderungan yang terjadi

pada masa lalu. Ini berarti bahwa, jika Pt+1 dan Pt adalah jumlah populasi

dalam tahun yang berurutan, Pt+1 – Pt yang adalah perbedaan pertama yang

selalu tetap (konstan). Klosterman (1990), mengacu pada Pittengar (1976),

mengemukakan bahwa model ini hanya digunakan jika data yang tersedia

relatif terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan model

lain. Selanjutnya, Isserman (1977) mengemukakan bahwa model ini hanya

dapat diaplikasikan untuk wilayah kecil dengan pertumbuhan yang lambat,

dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas dengan

pertumbuhan penduduk yang tinggi.

 

  1. Model Geometric

Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada

suatu tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Misalnya, jika Pt+1 dan Pt

adalah jumlah penduduk dalam tahun yang berurutan, maka penduduk akan

bertambah atau berkurang pada tingkat pertumbuhan yang tetap (yaitu sebesar

Pt+1/Pt ) dari waktu ke waktu. Menurut Klosterman (1990), proyeksi dengan

tingkat pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah,

dimana pada tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut penduduknya

sedikit dan menjadi semakin banyak pada tahun-tahun akhir. Model geometric

memiliki persamaan umum:

Pt =α + βT

Persamaan diatas dapat ditransformasi kedalam bentuk linear melalui aplikasi

logaritma, menjadi sebagai berikut:

LogPt =Logα + T.logβ

 

  1. c.       Model Parabolik

Model parabolic seperti model geometric berasumsi bahwa penduduk suatu daerah tidak tumbuh dalam bentuk linear. Namun demikian, tidak seperti model geometrik (yang berasumsi tingkat pertumbuhan konstan dari waktu ke waktu), pada model parabolic tingkat pertumbuhan penduduk dimungkinkan untuk meningkat atau menurun. Model ini menggunakan persamaan derajat kedua yang ditunjukkan sebagai berikut:

Pt =α + β1T + β2T2

Model parabolic memiliki dua koefisien yaitu β1 dan β2. β1 adalah koefisien linear (T) yang menunjukkan pertumbuhan konstan, dan β2 adalah koefisien non-linear yang (T2) yang menyebabkan perubahan tingkat pertumbuhan. Tanda positif atau negatif pada β1 dan β2 bervariasi tergantung pada apakah tingkat pertumbuhan tersebut akan meningkat atau menurun. Berdasarkan variasi pada tanda β1 dan β2, model akan menghasilkan empat scenario sebagai berikut:

Tabel. Skenario dalam Model Parabolik

β1 β2 Efek terhadap pertumbuhan penduduk
+ + Pertambahan yang semakin meningkat

Penduduk bertambah

Kurva cekung ke atas (Concave upward)

+ Pertambahan yang semakin berkurang

Penduduk berkurang

Kurva cekung ke bawah (concave downward)

+ Pertambahan yang semakin berkurang

Penduduk bertambah

Kurva cekung ke atas (Concave upward)

Pertambahan yang semakin meningkat

Penduduk berkurang

Kurva cekung ke bawah (concave downward)

 

Klosterman (1990), menyarankan demographer untuk terlebih dahulu mencermati (menguji coba) model ini ketika akan diaplikasikan pada suatu daerah. Menurutnya, meskipun model ini baik untuk daerah dengan pertumbuhan atau penurunan yang cepat, namun demikian proyeksi jangka panjang akan menghasilkan angka yang sangat besar atau sangat kecil.

 

3. Model Komponen Kohor

Model-model ekstrapolasi trend yang didiskusikan diatas mengacu pada perkiraan penduduk secara agregat, sementara model komponen kohor mengacu pada perubahan-perubahan komponen penduduk (yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi) secara terpisah. Penduduk secara keseluruhan dibagi kedalam beberapa kohor/kelompok umur. Interval (k) dari kohor ini umumnya dalam satu tahunan (0-1, 1-2, 2-3 dst), lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14 dst), atau 10 tahunan (0-9, 10-19, 20-29. Selanjutnya, kohor dibagi lagi berdasarkan gender dan etnis.

Pengelompokan penduduk berdasarkan komponen-komponen yang mempengaruhi perubahan penduduk, kelompok umur, gender dan etnis akan membantu untuk membangun pemahaman yang lebih baik mengenai dinamika penduduk suatu daerah. Karena ukuran kohor semakin kecil, maka akan semakin terperinci informasi yang dapat digunakan dalam analisis. Misalnya, bayi dan penduduk umur-umur tua akan memiliki persentase kematian yang lebih tinggi dibandingkan penduduk usia muda. Jumlah kelahiran akan bervariasi berdasarkan umur dan etnis dari penduduk wanita. Demikian juga, migrasi akan bervariasi menurut umur, gender dan etnis individu.

Persamaan dalam model komponen kohor adalah:

 

 

 

Dimana:

Pt         = penduduk tahun t pada kohor di interval k

t           = tahun

n          = umur awal dari kohor

k          = jumlah tahun dalam kohor (interval kohor umur)

DTH    = total kematian

IR        = total kelahiran

NMIG = total migrasi bersih

Karena penduduk kohor n pada tahun sebelumnya ( ) dikurangi dengan jumlah kematian dalam kohor tersebut ( ) adalah jumlah penduduk yang bertahan hidup ke kohor n pada tahun t ( ), maka persamaan dapat ditulis ulang sebagai berikut:

 

Berikut diberikan perhitungan-perhitungan untuk ketiga komponen dalam metode ini:

 

 

 

 

  1. a.      Mortalitas-Tingkat Survival

Mortalitas dihitung dalam model sebagai jumlah penduduk dalam kohor tertentu n-k pada tahun t-k, yang bertahan hidup ke kohor berikutnya (n) pada tahun t.

 

Dimana:

penduduk dari kohor n-k pada tahun t-k

n-kSRVk     = tingkat bertahan hidup (survival)

 

  1. b.      Kelahiran- Tingkat Fertilitas

Fertilitas adalah jumlah bayi yang dilahirkan wanita usia subur (biasanya antara 15-44 tahun). Tingkat fertilitas diberikan melalui persamaan berikut:

 

Dimana:

tingkat fertilitas wanita dalam kohor n dari interval k

jumlah kelahiran oleh wanita pada kohor n

jumlah wanita dalam kohor n

Tingkat fertilitas yang diperoleh dari rumus diatas dapat digunakan untuk menghitung jumlah kelahiran dalam interval waktu yang sama sesuai dengan ukuran kohor. Misalnya, jika ukuran kohor adalah lima tahunan (0-4, 5-9, 10-14), maka proyeksi dapat dilakukan untuk interval lima tahunan (2005, 2010, 2015).

Selanjutnya, jika wanita-wanita pada kohor umur tertentu tidak memiliki kelahiran, maka untuk keakuratan perhitungan, tingkat fertilitas perlu disesuaikan. Tingkat fertilitas yang disesuaikan adalah rata-rata dari dua tingkat fertilitas yang berurutan.

 

 

Dimana:

tingkat fertilitas yang disesuaikan dari wanita dalam kohor n dengan interval k

Total kelahiran selanjutnya dibagi atas kelahiran bayi laki-laki dan bayi perempuan berdasarkan sex ratio waktu lahir dari data masa yang lalu.

 

  1. c.       Migrasi bersih (Net Migration).

Migrasi bersih adalah perbedaan antara jumlah penduduk yang masuk dengan jumlah penduduk yang keluar dari suatu daerah, dengan persamaan:

 

 

4. Model Ratio

Menurut Smith, Tayman dan Swanson (2001), model ratio-sebagaimana model ekstrapolasi trend- juga didasarkan pada trend masa lalu. Model ratio menggunakan konsep bahwa penduduk (atau perubahan penduduk) pada suatu wilayah yang lebih kecil (wilayah studi) merupakan proporsi dari penduduk (perubahan penduduk) dari wilayah yang lebih luas, atau wilayah basis (base area). Model ini sederhana dan mudah dalam perhitungannya serta membutuhkan data yang relative lebih sedikit. Meskipun demikian, model ini membutuhkan proyeksi penduduk dari wilayah basis tersebut.

Model ratio mencakup model constant share, shift share dan model share of growth.

 

5. Model Constant Share

Model ini berasumsi bahwa share penduduk dari daerah studi merupakan suatu proporsi yang konstan dari daerah basis dan proyeksi dilakukan berdasarkan proporsi konstan tersebut.

Model disajikan dalam bentuk persamaan berikut:

 

Dimana:

P          =  jumlah penduduk pada daerah studi

Pj            = penduduk pada daerah basis atau daerah yang lebih luas yang didalamnya terdapat daerah studi

l           = tahun akhir dari observasi

t           = tahun proyeksi

Jika data wilayah studi menunjukkan kecenderungan yang sama seperti wilayah basis, penggunaan model ini akan menghemat waktu dan lebih sederhana dalam penerapannya. Namun demikian, jika daerah studi dan daerah basis memiliki trend pertumbuhan yang berlawanan, artinya jika daerah studi mengalami penurunan penduduk dan daerah basis mengalami peningkatan penduduk, atau sebaliknya, proyeksi ini tidak dapat diaplikasikan

 

6. Model Shift Share

Model shift share mencoba mengoreksi kelemahan dari model constant share dengan memasukkan indeks pergeseran (shift term) untuk menghitung perubahan share penduduk dari waktu ke waktu. Jika pertumbuhan daerah studi lebih cepat dari daerah basis maka shift term akan positif. Sebaliknya jika pertumbuhan daerah studi lebih lambat dari daerah basis, maka shift termnya akan negative.

Persamaan dalam metode ini adalah sebagai berikut:

 

 

Dimana:

b          = tahun awal observasi

s           = shift term

z          = jumlah tahun dalam proyeksi (t-1)

y          = jumlah tahun dalam periode observasi (1-b)

 

Satu kelemahan utama dari metode ini adalah jika terjadi pertumbuhan atau pengurangan yang tinggi pada tahun dasar, hal ini dapat menyebabkan bertambahnya atau berkurangnya penduduk dalam jumlah yang sangat besar pada tahun proyeksi. Oleh karenanya, penggunaan metode ini untuk proyeksi penduduk jangka panjang harus dilakukan secara hati-hati.

 

7. Metode “share of growth”

Metode ini menggunakan share dari pertumbuhan penduduk bukannya share dari jumlah penduduk seperti yang digunakan dua model ratio sebelumnya. Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa share pertumbuhan penduduk daerah studi pada periode observasi akan berlaku sama dalam periode proyeksi.

Model ini disajikan dalam bentuk persamaan berikut:

 

Metode ini akan lebih tepat diterapkan jika trend pertumbuhan penduduk pada daerah studi sama dengan trend pertumbuhan pada daerah basis. Misalnya jika pertumbuhan penduduknya sama-sama meningkat atau sama-sama menurun.

 

 

Leave a comment